Air Mata dan Harapan
- Diposting oleh : CATATAN SANTRI
- pada tanggal : November 15, 2023
Air Mata dan Harapan
Oleh: Hayatul Rahmi
Mahasantri Ma'had Aly
Babussalam Al-Hanafiyyah, Matangkuli, Aceh Utara
Problematika
yang sering terjadi di dunia pesantren tentang air mata suka dan duka dan
sebuah harapan di masa depan. Mungkin akan menjadi sebuah dilema yang sangat
panjang bagi kita yang hendak memulai langkah untuk menuju kebun syurga Allah
yang berada di dunia antara keindahan duniawi yang gemerlap dan kepahitan jalan
dalam menuntut ilmu. Namun, mengingat sebuah petuah dari Imam Syafi'I, "Barang
siapa yang tidak merasakan pahitnya mencari ilmu maka dia harus menelan hinanya
kebodohan sepanjang masa."
Ditambah
lagi, Nabi bersabda, "Tuntutlah ilmu walaupun antara kamu dan ilmu
terpisah oleh lautan api."
Sehingga
terasa mantap jika menuntut ilmu dalam pesantren, terkadang banyak ocehan dari
masyarakat luar tentang masa depan yang suram kelam dan tidak berpendidikan
tinggi. Banyak juga hinaan dan cacian yang dilontarkan namun itu semua bukanlah
sebuah halangan atau rintangan. Akan tetapi jadikanlah itu semua sebagai
jembatan menuju kesuksesan dunia dan akhirat
Jika
kita menjadikan itu semua sebagai rintangan maka putus asa segera menghampiri
dan hasilnya kegagalan di segala sisi. Ibarat sebuah tiang kayu bengkok yang
menopang balai rumah dan sebagainya. Banyak yang mengatakan dia miring, tidak
sedap mata dipandang mata, ada pula yang mengatakan dia kuat tapi bengkok. Begini
begitu dan banyak hal lain yang dikomentari orang banyak. Apakah itu menjadi
masalah? Tentu tidak, bahkan dia berhasil menopang balai hingga bertahun-tahun
hingga dia lapuk
Terkadang
kita harus mampu menjadi tiang meskipun tiang bengkok Agar berhasil kelak dan
harapan yang gemilang akan tercapai. Waled Sirajuddin Hanafi memberi sebuah
nasehat dan petuah bahwa, "Sebaik-baik
tempat yaitu tempat mengajar dan belajar ilmu agama dan tiada kesuksesan tanpa
usaha dan jerih payah.”
"Tajak bak dayah
adak hana carong setidaknya sembahyang hana tinggai, ta turi ureng chik, ta
turi gure, dan paleng penting ta turi Allah."
Banyak
masyarakat mengatakan tentang kepahitan dunia perantauan. Kepahitan dunia
perkuliahan namun tidak sebanding dengan kepahitan dunia pesantren. Akan tetapi
jadikanlah kepahitan itu sebagai jembatan menuju kesuksesan. Di zaman yang
serba canggih dan modern dimana dari anak paling kecil hingga paling tua sudah
diperbudak oleh alat yang serba canggih serba bisa serba cepat yaitu android,
serta pergaulan rusak dengan sekejap mata. Sehingga pesantrenlah satu-satunya
tempat yang tepat dalam mendidik mental adab dan akhlak anak.
Banyak
problem yang terjadi di zaman ini yang akan sangat menguras pikiran dalam
mengatasinya. Namun, pesantren satu-satunya alasan. Dimana orang tua, masyarakat
sekeliling merasa tenang, aman dari berbagai problem yang diakibatkan oleh anak
muda mudi di zaman ini. Bahkan di tengah-tengah maraknya penyakit covid19 atau sering disebut dengan
Corona. Banyak sekolah-sekolah atau lembaga lembaga lainnya ditutup buka
sehingga anak-anak tidak bisa belajar dengan baik dan cermat. berakibat
dangkalnya pendidikan agama maupun sosialisasi yang berujung dangkal aqidah. Maka
kehadiran pesantren menjadi solusi atas permasalahan di atas karena pesanten
tidak ditutup walaupun saat pandemi seperti ini dan tentunya mentaati prokes (protokol
kesehatan) sesuai anjuran dokter dan ahli kesehatan.
Dari
berbagai perkara kepahitan dan berbagai hal lainnya. Dapat disimpulkan bahwa apapun
yang terjadi apa itu suka, duka, ekonomi yang pas-pasan, permasalahan, apapun
itu tetaplah fokus, fokus dan fokus dalam belajar menuntut ilmu Allah. Dan
harapan tidak akan sia-sia, usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Seperti
sabda Nabi, “Man jadda wajada” artinya
: “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya”.